Sebagai newbie process engineer, pasti ada saatnya saya dan anda pembaca bertanya-tanya, kenapa di P&ID, di bagian Blowdown Valve (BDV) ada indikasi seperti ini:
Yang ingin saya highlight adalah kenapa ada jarak minimum antara BDV dan RO di downstream BDV sebesar 600 mm?
Thanks to http://webwormcpt.blogspot.com/, yang memberikan saya jawabannya..
Pressure drop terjadi sebagian besar di RO. Dengan adanya pressure drop yang besar, maka terjadilah JT Effect yang menyebabkan penurunan temperatur di downstream RO. Penurunan temperatur ini dapat menjadi sangat signifikan, bahkan mencapai suhu di bawah 0 C, dan bahkan dapat mengakibatkan freezing di dalam pipa.
Penurunan temperatur di RO akan berefek ke pipa upstream si RO, dan bahkan dapat berdampak ke BDV yang berada di upstream RO. Sehingga, ada kemungkinan valve body dari BDV akan ikut mengalami penurunan temperatur di bawah 0 deg C. Moisture yang ada di atmosfer sekitar BDV body dapat ikut membeku dan menempel di body BDV, sehingga operator akan sulit menutup BDV setelah blowdown selesai. Resiko selanjutnya adalah back flow dapat terjadi pada keadaan normal operation dari Flare header ke upstream equipment BDV.
Good engineering practice menyatakan, jarak 600 mm akan meminimalisir potensi "menjalarnya" efek temperatur yang rendah dari RO menuju BDV, sehingga meminimalisir potensi bahaya BDV stuck open.
Question:
Bagaimana jika penurunan temperatur di RO tidak akan mengakibatkan penurunan temperatur di bawah 0 deg C. Masih perlukah jarak min. 600 mm ini?
Answer:
Jawabannya tidak perlu. Karena main cause dari BDV stuck open tidak akan terjadi. Dalam hal ini, tidak ada yang perlu di khawatirkan tentang "menjalarnya" efek temperatur yang rendah dari RO menuju BDV.
As usual, your comment is highly appreciated
Salam
Gandi Iswara
(newbie) Process Engineer.
No comments:
Post a Comment